KATA
PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha
Pengasih lagi Maha Panyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas
kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada
kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah akhlak islam dalam kaitan
dengan status pribadi.
Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai
salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman dan berguna bagi para pembaca.
Makalah ini saya rasa masih banyak kekurangan
karena pengalaman yang saya miliki masih kurang dan masih dalam tahap
pembelajaran. Oleh karena itu saya berharap kepada para pembaca untuk
memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah
ini.
DAFTAR ISI
Kata Pengantar........................................................................................................... 1
DAFTAR ISI............................................................................................................. 2
BAB I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang....................................................................................................... 3
B.Rumusan Masalah.................................................................................................. 3
BAB II PEMBAHSAN
A.Pengertian
Akhlak Islami....................................................................................... 4
B.Ruang Lingkup
Akhlak Islam Kaitannya dengan Status Pribadi.......................... 5
BAB III PENUTUP
A.Kesimpulan............................................................................................................ 8
DAFTAR PUSAKA.................................................................................................. 9
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Akhlak adalah sebagai budi pekerti atau
kelakuan. Dalam Bahasa Arab kata akhlak (akhlaq) di artikan sebagai tabiat,
perangai, kebiasaan, bahkan agama. Meskipun kata akhlak berasal dari Bahasa
Arab, tetapi kata akhlak tidak terdapat di dalam Al Qur'an. Kata akhlak
kebanyakan dijumpai dalam hadis. Satu-satunya kata yang ditemukan semakna,
akhlak dalam al Qur'an adalah bentuk tunggal, yaitu khuluq, tercantum dalam
surat al Qalam ayat 4:
وَإِنَّكَ
لَعَلَىٰ خُلُقٍ عَظِيمٍ
Artinya
: Dan sesungguhnya kamu (muhammad) benar-benar berbudi pekerti yang agung.
Akhlak adalah netral, artinya ada akhlak yang
terpuji (al akhlaq al mahmudah) dan ada akhlak yang tercela (al akhlaq al
mazmumah). Ketika berbicara tentang nilai baik buruk maka munculah persoalan
tentang konsep baik buruk.
Dalam makalah ini penulis akan membahas mengenai Akhlaq islami dan juga sudut
pandangnya dalam segi islam.
B. Rumusan Masalah
1.
Apa pengertian Akhlak Islami?
2.
Apa Ruang Lingkup Akhlak Islami
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Akhlak Islami
Kata “Akhlak” berasal dari bahasa arab, jamak dari khuluqun خُلُقٌ yang menurut
bahasa berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat. Kata tersebut
mengandung segi-segi persesuaian dengan perkataan khalqun خَلْقٌ yang berarti
kejadian, yang juga erat hubungannya dengan khaliqخَالِقٌ yang
berarti pencipta; demikian pula dengan makhluqun
مَخْلُوْقٌ yang berarti yang menciptakan.
Kata islam sendiri yang berada di belakang kata
akhlak dalam hal menempati sebagai sifat.
Dengan demikian akhlak islami adalah perbuatan
yang dilakukan dengan mudah, disengaja, mendarah daging dan sebenarnya yang
didasarkan pada islam.
Akhlak sendiri terbagi menjadi 2 yaitu akhlak
mahmudah (terpuji) dan akhlak mazmumah (tercela) .Contoh akhlak mahmudah
seperti bersikap setia, jujur, adil, pemaaf, disenangi, menepati janji, merasa
cukup dengan apa yang ada, tenang, lemah lembut, bermuka manis, kebaikan,
menahan diri dari berlaku maksiat, merendahkan diri kepada Allah, berjiwa kuat
dan lain sebagainya.
Sedangkan akhlak mazmumah, antara lain; egoistis, lacur, kikir, dusta, peminum
khamr, makan riba, berolok-olok, mencuri, mengikuti hawa nafsu, boros,
tergopoh-gopoh, membunuh, penipuan, dusta, berlebih-lebihan, berbuat kerusakan,
dendam, merasa tidak perlu pada yang lain dan lain sebagainya yang menunjukkan
sifat-sifat yang tercela.
Dan ada ciri-ciri akhlak islamiyah yaitu:
1.
Kebajikan yang mutlak
Islam menjamin kebajikan mutlak. Karena Islam
telah menciptakan akhlak yang luhur. Ia menjamin kebaikan yang murni baik untuk
perorangan atau masyarakat pada setiap keadaan, dan waktu bagaimanapun.
Sebaliknya akhlak yang diciptakan manusia, tidak dapat menjamin kebaikan dan
hanya mementingkan diri sendiri.
2.
Kebaikan yang menyeluruh
Akhlak islami menjamin kebaikan untuk seluruh
manusia. Baik segala jaman, semua tempat, mudah tidak mengandung kesulitan dan
tidak mengandung perintah berat yang tidak dikerjakan oleh umat manusia di luar
kmampuannya. Islam menciptakan akhlak yang mulia, sehingga dapat dirasakan
sesuai dengan jiwa manusia dan dapat diterima akal yang sehat.
3.
Kemantapan
Akhlak Islamiayah menjamin kebaikan yang mutlak
dan sesuai pada diri manusia. Ia bersifat tetap, langgeng dan mantap, sebab
yang menciptakan Tuhan yang bijaksana, yang selalu memliharanya dengan kebaikan
yang mutlak. Akan tetapi akhlak/etika ciptaan manusia bersifat berubah-rubah
dan tidak selalu sama sesuai dengan kepentingan masyarakat dalam satu jaman
atau satu bangsa. Sebagai contoh aliran materialism, hati nurani dana lain
sebagainya.
4.
Kewajiban yang dipatuhi
Akhlak yang bersumber dari agama Islam wajib
ditaati manusia sebab ia mempunyai daya kekuatan yang tinggi menguasai lahir
batin dan dalam keadaan suka dan duka, juga tunduk pada kekuasaan rohani yang
dapat mendorong untuk tetap berpegang kepadanya. Juga sebagai perangsang untuk
berbuat kebaikan yang diiringi dengan pahala dan mencegah perbuatan jahat,
karena takut skan siksaan Allah SWT.
B. Ruang Lingkup Akhlak
Islami Kaitannya Dengan Status Pribadi
Dibagian ini kami akan menjelaskan “Akhlak
islami” yang mengatur dan membatasi kedudukan (status) pribadi
sebagai:
1.Hamba Allah
2.Anak
3.Ayah/ibu
4.Anggota masyarakat
5.Da’i/Muballigh
6. Pemimpin
Dengan demikian “akhlak islami” mengarah kepada
status pribadi yang berada pada kelompok social yang beraneka ragam. Fungsi,
peran dan bagaimana semestinya berperilaku pada posisi(kedudukan) dalam
kelompok sosial tersebut, dengan adanya “akhlak Islami” dapat dihindari (pola
hubungan manusia dengan manusia, dan hubungan manusia dengan kholiqnya)
keliruan bertindak.
hubungan
manusia dengan kholiqnya) keliruan bertindak.
1. Pribadi
sebagai Hamba Allah
Kenyataan di jagad raya (dunia) membuktikan
bahwa ada kekuatan yang tidak Nampak. Dia mengatur dan memelihara alam semesta
ini.Juga Dialah yang menjadi sebab adanya semua ini. Dalam pengaturan alam
semesta ini terlihat ketertiban, dan ada suatu peraturan yang berganti-ganti
dan gejala dating dengan keteraturan-Nya.
Semua
kenikmatan tersebut, bukan berarti “ Sang Pencipta mempunyai maksud kepada
manusia supaya membalas dengan sesuatu, itu tidak, tetapi Allah
SWT.memerintahkan manusia agar senantiasa beribadah kepada-Nya.
Hubungan manusia dengan Allah adalah hubungan
makhluk dengan kholiknya. Dalam masalah ketergantungan , hidup manusia selalu
mempunyai ketergantungan kepada yang lain. Dan tumpuan serta pokok
ketergantungan adalah ketergantungan kepada yang Maha Kuasa, Yang Maha Perkasa,
Yang Maha Bijaksana, Yang Maha Sempurna, ialah Allah Rabul ‘alamin, Allah Tuhan
Maha Esa.
Ketergantungan
manusia kepada Allah ini, difirmankan Allah:
اللهُ الصَّمَدُ{الإخلاص:2}
Artinya:
“Allah
adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu”.(QS.Al-Ikhlas:2)
2. Pribadi sebagai Anak
Ketika nabi Ibrahim masih kecil, berdialog
kepada ayahnya tentang Tuhan. Dan kesimpulannya bahwa Tuhan telah member
petunjuk kepada manusia bahwa memperTuhan benda adalah sangat keliru.
Dengan demikian, dunia anak sangat penting
diperhatikan. Apabila keliru dalam mendidik akhlak anak, bias jadi dunia anak
akan tidak mengenal akhlak yang lebih lanjut anak akan melakukan perbuatan yang
abnormal kriminalitas dan lain sebagainya. Contoh dalam pendidikan akhlak,
apabila anaka-anak sekolah berdusta di dalam segala apa yang mereka bicarakan,
didukung para gurunya berdusta juga di dalam mengajar dan segala
pembicaraannya, maka masyarakat (anak-anak) tidak dapat berujud. Dan apabila
dunia anak terancam demikian, masyarakat yang akan dating tidak dapat berwujud
karena adanya tiap-tiap yang dibicarakan menjurus dusta. Dan yang membekas dan
berwujud pada masyarakat yang merusak dan rendah martabatnya.
3. Pribadi Ayah/Ibu
Betapa berat tangguangan seorang ibu dikala
mengandung dan demikian pula kalau sudah datang waktunya melahirkan. Dengan
mengerahkan seluruh perhatian, jiwa raga dan tenaga si ibu melahirkan jabang
bayinya dengan muka cemas. Berharap agar si bayi yang dilahirkannya sehat dan
sempurna keadaannya Sebagai manusia sempurna anggota badannya, seperti susunan
jasmaninya dan tumbuh dalam keadaan yang wajar baik jasmani maupun rohaninya.
Cemas kalau-kalau jabang bayinya tidak normal baik jasmani dan rohaninya atau
ada gangguan-ganguan yang tidak diinginkannya. Di samping itu derita jasmani si
ibu menahan dikala melahirkan jabang bayinya tersebut.
Setelah
jabang bayinya lahir, betapa kasih saying si ibu kepada anaknya, seakan-akan
segala yang ada pada si ibu adalah untuk anaknya. Jiwa, raga perhatian, kasih
saying semuanya ditumpahkan untuk si jabang bayi itu, agar si bayi selamat
sentosa dalam pertumbuhannya menjadi manusia yang baik. Kata sanjung dan
manjaan, kata timang yang mengandung doa dan harapan meluncur dicurahkan untuk
si bayi, semoga kelak menjadi manusia yang ideal.
Beberapa perkara yang harus diperhatikan dan
dilaksanakan oleh seorang anak kepada kedua orang tuanya:
a.
Berbuat Baik kepada Ibu dan Ayah, Walaupun keduanya dzalim.
b.
Berkata Halus dan mulia kepada Ibu dan Ayah.
c.
Mendoakan ayah ibu yang telah tiada itu dan memintakan ampun kepada Allah dari
segala dosa orang tua kita.
d.
Bersilaturrahmi kepada orang-orang yang mempunyai hubungan dengan kedua orang
tua.
4. Akhlak kepada
Masyarakat
Akhlak mulia merupakan akhlak yang berlaku dan
berlangsung di atas jalur Al-Qur’an dan perbuatan nabi Muhammad Saw. Dalam
sikap dan perbuatan. Seperti di dalam Al-Qur’an surat l-Qalam ayat 4.”Dan
sesungguhnya engkau Muhammad mempunyai akhlak yang mulia”.
Dengan demikian setiap muslim diwajibkan untuk
memlihara norma-norma (agama) di masyarakat terutama di dalam pergaulan
sehari-hari baik keluarga rumah tangga, kerabat, tetangga dan lingkungan
kemasyarakatan.
Tolong-menolong untuk kebaikan dan takwa kepada
Allah adalah perintah Allah, yang dapat ditarik hukum wajib kepada setiap kaum
muslimin dengan cara yang sesuai dengan keadaan objek orang bersangkutan, Allah
berfirman dalam Al-Qur’an surat Al-Maidah, ayat 2:
وَتَعَاوَنُوا عَلَى البِرِّى وَالتَّقوَى
وَلَاتَعَاوَنُوْا عَلَى الِاثْمِ وَالعُدْوَانِ {المائدة:2}
Artinya:
Dan tolong-menolonglah kalian dalam
(mengerjakan) kebaikan dan taqwa, dan janganlah tolong-menolong dalam berbuat
dosa dan pelanggaran/permusuhan.
5. Akhlak Da’I/
Mubaligh
Telah jelas ujian bagi penyebar agama islam
yang paling hebat adalah para nabi. Kemudian orang-orang saleh, para
Da’i/mubaligh yang mengajak manusia untuk mentauhidkan Allah dan ikhlas dalam
beribadah.
Dalam mempersiapkan diri yang telah
mengikrarkan untuk berjalan mengikuti manhaj para nabi dalam dakwah, maka para
nabi harus membekali diri dengan akhlakul karimah. Sebab Da’i/mubaligh di
masyarakat menjadi suri tauladan secara langsung. Baik perilaku, sikap
perbuatan maupun perkataannya.
Para Da’i memiliki ilham yang merupakan
martabat yang tinggi dalam dirinya yang selalu menghubungkan dengan Allah.Di
dalam hati Da’I ada bisikan-bisikan yang benar yang berada pada lisannya karena
tergisik dari hati yang bersih.
Menurut Jamludin Kafie, sebagai Da’I, pelaksana
dakwah harus memperhatikan prinsip-prinsip kemimpinan yang baik yaitu:
a.Sifat
terbuka
b.Berani
berkorban
c.Aktif
berpartisipasi dalam kehidupan bermasyarakat.
d.Percaya
diri dan yakin akan kebenaran yang dibawanya
e.Optimis
dan tidak putus asa.
6. Akhlak Pemimpin
Tugas pemimpin tidak ringan. Tanggung jawab
yang ia pikul senantiasa bernafaskan amanat. Baik amanat dari masyarakat/ warga
atau Negara. Bahkan agama. Agama islam sangat memperhatikan masalah
kepemimpinan. Menurut Islam. Semua pemimpin akan dimintai pertanggung jawabnya.
Sebagai contoh seorang pemimpin sejati adalah
Rasullah Saw dan para sahabatnya seperti Abu bakar sebagai orang yang berwibawa
dan tenang. Orangnya penuh ramah tamah, cinta sesama dan selalu membenarkan dan
menepati pada rasul yang agung
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan materi di atas penulis
menyimpulkan bahwa Akhlak islami yaitu tabiat , tingkah laku , budi pekerti
manusia sebagai muslim. akhlak terdiri dari Akhlak mahmudah (baik) dan akhlak
mazmumah (buruk) . sumber dari akhlak islami yaitu dari Al-Quran dan Al-Hadits.
Ciri-ciri akhlak islamiyah yaitu: kabajikan yang mutlak ,kebaikan yang
menyeluruh , kemantapan, kewajiban yang di patuhi , pengawasan yang menyeluruh. Akhlak islami memiliki ruang lingkup yang harus
di lakukan yaitu : akhlak terhadap Allah , Akhlak terhadap sesama manusia ,
akhlak terhadap lingkungan.
DAFTAR PUSAKA
Nata, Abuddin, Akhlak
Tasawuf , jilid 1, jakarta : PT Raja Granfindo Persada Jakarta, 2010, Cet.9
Yunus, Mahmud, Pendidikan
Islam, Jakarta : PT. Hidakarya Agung, 1981
Fahmi, Asma
Hasan, Mabadi’at Tarbiyah al-Islamiyah, diterj. Oleh Mukhtar Yahya dan
Sanusi Latif, Jakarta : Bulan Bintang, tth.
Jamaluddin
Kafie,”Psikologi Dakwah”, Indah, Surabaya, 1993
Drs.
M. Zein Yusuf, Akhlak-Tasawuf, Al-Husna, Semarang, 1993
[3] Drs. Sahilun
A. Nasir, Etika dan Problematikanya Dewasa ini, PT. Al-Ma’arif Bandung, 1980,
hal 98-99
Tidak ada komentar:
Posting Komentar