“Alhamdulillahirobbil’alamin…( Segala
puji bagi Allah, Rabb sekalian alam ).” Tanpa terasa, lembar demi
lembar tahun telah kita lalui, hingga memasuki tahun baru 1432 H ini.
Telah banyak perbuatan yang kita lakukan, telah bertumpuk tingkah yang
telah kita torehkan dan telah pula tak terhitung kesenangan yang kita
nikmati. Terimakasih yaa… Rabb atas indahnya hidup ini dan atas nikmat
yang telah engkau berikan kepadaku.
Namun Yaa... Rabb…, telah
banyak pula kesalahan yang telah kami lakukan, telah banyak perbuatan
yang tanpa manfaat kita jalankan, telah banyak pula dosa – dosa yang
tanpa kami sadari dan kami sadari, telah kita lakukan. Hanya kebesaranMu
dan Kasih SayangMu yang bisa menyejukkan hati ini Ya.. Rabb…, tuk
senantiasa mau duduk bersimpuh dan sujud mengharap Ridlo serta
ampunanMu, Karena hanya Engkaulah Yaa.. Rabb… yang bisa menjaga segala
langkah sesat kami, prasangka salah kami, dan perbuatan yang
mengantarkan kami kearah nerakaMU.
Pangeran …Panjenengan… dandosi kulo niki
Lahir batin sarana…
manah sae kang Suci.
Saudaraku...
Hari
ini 1 Muharram 1432 H adalah tahun baru bagi umat Islam. Momentum tahun
baru Hijriah ini harus kita jadikan sebagai sarana “hijrah dan
instropeksi” menuju kehidupan yang lebih baik. Dalam Islam disebutkan: ”
Haasibuu qobla antuhaasabuu. Yang artinya hitunglah dirimu sebelum kamu
sekalian dihitung(hisab)”.
Sebagai rasa syukur maka sebaiknya
kita sebagai muslim yang taat memanfaatkan tahun baru ini sebagai sarana
menginstropeksi diri, mengevaluasi diri, bermuhasabah atas segala
perencanaan, perbuatan dan program hidup yang telah dilakukan di tahun
sebelumnya, jadikan saat-saat seperti ini sebagai momen yang tepat bagi
kita untuk selalu berkaca diri tentang amal-ibadah apa yang sudah kita
capai dan hal apa saja yang masih kurang dalam diri kita. Sehingga
nantinya bisa memperbaiki dan memperbaharui kekurangan-kekurangan kita
di masa depan dan kesalahan-kesalahan yang pernah kita lakukan untuk
tidak kita ulangi lagi.
Allah menggambarkan kehidupan dunia ini
sebagai senda gurau dan permainan belaka. Sementara kehidupan akhirat
sebagai kehidupan yang sebenarnya. Artinya, Allah mengkondisikan kita
untuk memandang dunia dengan santai tidak terlalu serius. Karena di
dunia ini tidak ada keadaan yang benar-benar bisa dikatakan bahagia atau
sebaliknya sedih. Di dunia ini tidak ada keberhasilan hakiki maupun
kegagalan sejati. Segala sesuatu di dunia ini bersifat fana alias
sementara. Kadang seseorang bahagia kadang seseorang sedih. Kadang ia
berhasil kadang ia gagal. Itulah dunia dengan segala tabiat
sementaranya.
Sebaliknya dengan kehidupan dunia, kehidupan
akhirat merupakan kehidupan sejati. Tidak ada orang berbahagia di
akhirat untuk jangka waktu singkat saja. Dan tidak ada pula yang
mengalami penderitaan sementara saja, kecuali Allah menghendaki selain
itu.
“Dan tiadalah kehidupan dunia ini melainkan senda gurau dan
main-main. Dan sesungguhnya akhirat itulah yang sebenarnya kehidupan,
kalau mereka mengetahui.” (QS Al-Ankabut ayat 64)
Allah ta’aala
menghendaki agar orang bertaqwa memandang kehidupan akhirat dengan penuh
kesungguhan karena di sanalah kehidupan sejati akan dijalani manusia.
Sedangkan terhadap dunia Allah ta’aala menghendaki orang bertaqwa agar
berlaku proporsional saja dan tidak terlampau memaksa dalam meraih
keberhasilannya. Sebab kehidupan dunia ini Allah ta’aala gambarkan
sebagai tempat dimana orang sekedar bermain-main dan bersenda-gurau.
Namun
dalam kehidupan kita dewasa ini kebanyakan orang malah sangat serius
bila menyangkut urusan kehidupan dunia. Mereka siap mengerahkan tenaga,
fikiran, dana dan waktu sepenuh hati serta jiwa untuk menggapai
keberhasilan duniawinya. Sedangkan bila menyangkut urusan akhirat mereka
hanya mengerahkan tenaga dan waktu yang tersisa, fikiran sampingan
serta dana berupa recehan. Jika hal ini terjadi kepada kaum kafir alias
tidak beriman kita tentu bisa maklumi. Tapi di dalam zaman penuh fitnah
ini tidak sedikit saudara muslim yang kita saksikan bertingkah dan
berpacu merebut dunia laksana kaum kafir. Allah memang menggambarkan
bahwa kaum yang tidak beriman sangat peduli dan faham akan sisi material
kehidupan dunia ini. Namun mereka lalai dan tidak memiliki pengetahuan
apapun mengenai kehidupan akhirat.
“Mereka hanya mengetahui yang lahir (saja) dari kehidupan
dunia; sedang mereka tentang (kehidupan) akhirat adalah lalai.” (QS
ArRuum ayat 7)
Sahabat Ali bin Abi Thalib radhiyallahu
’anhu pernah berkata: ”Bilamana manusia menemui ajalnya, maka saat
itulah dia bangun dari tidurnya”. Sungguh tepat ungkapan beliau ini.
Sebab kelak di akhirat nanti manusia akan menyadari betapa menipunya
pengalaman hidupnya sewaktu di dunia. Baik sewaktu di dunia ia menikmati
kesenangan maupun menjalani penderitaan. Kesenangan dunia sungguh
menipu. Penderitaan duniapun menipu.
Saat manusia berada di alam
akhirat barulah ia akan menyadari betapa sejatinya kehidupan di sana.
Kesenangannya hakiki dan penderitaannya sejati. Surga bukanlah khayalan
dan sekedar dongeng orang-orang tua di masa lalu. Begitu pula dengan
neraka, ia bukan suatu mitos atau sekedar cerita-ceirta orang dahulu
kala. Surga dan neraka adalah perkara hakiki, saudaraku. Sehingga
Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam menggambarkan dengan deskripsi
yang sangat kontras dan ekstrim mengenai betapa berbedanya tabiat
pengalaman hidup di dunia yang menipu dengan kehidupan sejati akhirat.
Perhatikanlah baik-baik hadits di bawah ini:
“Pada hari kiamat
didatangkan orang yang paling nikmat hidupnya sewaktu di dunia yang saat
itu menjadi penghuni neraka. Lalu ia dicelupkan ke dalam neraka
sejenak. Kemudian ia ditanya: ”Hai anak Adam, pernahkah kamu melihat
suatu kebaikan, pernahkah kamu merasakan suatu kenikmatan?” Maka ia
menjawab: ”Tidak, demi Allah, ya Rabb.” Dan didatangkan orang yang
paling menderita sewaktu hidup di dunia yang menghuni surga. Lalu ia
dicelupkan ke dalam surga sejenak. Kemudian ditanya: ”Hai anak Adam,
pernahkah kamu melihat suatu kesulitan, pernahkah kamu merasakan suatu
kesengsaraan?” Maka ia menjawab: ”Tidak, demi Allah, ya Rabb. Aku tidak
pernah merasakan kesulitan apapun dan aku tidak pernah melihat
kesengsaraan apapun.” (HR Muslim 5018)
Mengapa orang pertama
ketika Allah tanya menjawab bahwa ia tidak pernah melihat suatu kebaikan
serta merasakan suatu kenikmatan, padahal ia adalah orang yang paling
nikmat hidupnya sewaktu di dunia dibandingkan segenap manusia lainnya?
Jawabannya: karena Allah telah paksa dia merasakan derita sejati neraka
–sejenak saja- cukup untuk membuat ingatannya akan segala kenikmatan
palsu yang pernah ia alami sewaktu di dunia terhapus begitu saja dari
ingatannya. Sebaliknya, mengapa orang kedua ketika Allah tanya menjawab
bahwa ia tidak pernah melihat suatu kesulitan atau merasakan suatu
kesengsaraan, padahal ia orang yang paling susah hidupnya sewaktu di
dunia dibandingkan segenap manusia lainnya? Jawabannya: karena Allah
telah izinkan dia merasakan kesenangan hakiki surga –sejenak saja- cukup
untuk membuat ingatannya akan segala penderitaan palsu yang pernah ia
alami sewaktu di dunia terhapus begitu saja dari ingatannya. Subhanallah walhamdulillah wal'aa ilaha
illallah wallahu akbar, walahaula wala quwata illa billah...!!!
Saudaraku,
sungguh kehidupan dunia ini sangat tidak pantas kita jadikan ajang
perebutan dan perlombaan. Sebab menang di dunia pada hakikatnya hanyalah
menang yang menipu. Demikian pula sebaliknya, kalah di dunia hanyalah
kalah yang menipu. Saat manusia diperlihatkan surga dan neraka di
akhirat kelak, sadarlah ia betapa naifnya perlombaan merebut
keberhasilan dunia ini dibandingkan dengan kenikmatan hakiki dan abadi
surga yang jauh labih patut ia kejar dan usahakan semaksimal mungkin.
Sadarlah ia betapa lugunya ia saat di dunia berusaha mengelak dari
segala derita dan kesusahan dunia jika dibandingkan dengan derita sejati
dan lestari neraka yang jauh lebih pantas ia berusaha mengelak dan
menjauh darinya.
Pantas bila Allah gambarkan bahwa saat sudah
dihadapkan dengan azab neraka orang-orang kafir bakal berharap mereka
dapat menebus diri mereka dengan sebanyak apapun yang diperlukan, andai
mereka sanggup. Tentunya pada saat itu mereka tidak sanggup dan tidak
berdaya.
“Sesungguhnya orang-orang yang kafir sekiranya mereka
mempunyai apa yang di bumi ini seluruhnya dan mempunyai yang sebanyak
itu (pula) untuk menebus diri mereka dengan itu dari azab hari kiamat,
niscaya (tebusan itu) tidak akan diterima dari mereka, dan mereka
beroleh azab yang pedih.” (QS Al-Maaidah ayat 36)
Ya Allah…,
janganlah Engkau jadikan dunia puncak cita-cita kami dan batas
pengetahuan kami.
Ya Allah… yang Maha Kasih, jangan Kau ciptakan
manusia sepertiku, dengan penuh kemuliaan, tetapi kujalani hidupku
dengan kenistaan.
Ya Allah… yang Maha Pengampun, jangan biarkan
aku terlena oleh kenikamatan dunia namun setelahnya aku jatuh terpuruk
ke dalam kenikmatan maksiat dan penuh dosa...
Ya Allah… yang Maha
Besar, gugahlah kesadaranku untuk selalu beribadah kepadaMU, sehingga
saat terdengar adzan diserukan bisa tersentuh hatiku untuk selalu
memenuhi panggilanMu, dan jagalah diriku untuk tidak selalu menunda
sholatku dengan menyibukkan diri dengan urusan diniawi, lebih
mementingkan pekerjaanku, menonton acara TV kesukaanku dan pulas tidur
saat subuh tiba.
Ya Allah… yang Maha Pemurah, permudahlah
keikhlasanku untuk melakukan bersedekah, lapangkanlah sesuatu yang
memberatkan dalam hati, dan masih berpikir –pikir untuk memilih-milih
lembaran uang yang akan di shodaqohkan, padahal rejekiku itu sudah
Engkau cukupkan dan gantikan untukku.
Ya Allah… yang Maha pemberi
Berkah, gerakkanlah hatiku untuk senantiasa mengumandangkan Tilawah,
agar jalan hidupku senantiasa terjaga oleh berkah Ayat – ayat Suci Al
Qur'anMU yang kualunkan hingga akhir waktu.
Ya Allah… yang Maha
Rahim, ampunilah segala dosa dan kesalahanku, belum cukup rasanya aku
berbakti kepada Ayah dan bundaku tercinta, karena hingga saat ini aku
belum dapat membuat mereka bahagia dan membuat senang hatinya, bahkan
untuk sekedar menanyakan kabar saja masih bisa terlupakan, yang ada
memikirkan kesibukan sendiri.
Ya Allah… yang Maha memberikan
Kemuliaan, jagalah diriku selalu untuk tidak membuat kecewa istriku,
suamiku, anak-anakku, saudara-saudaraku, orang – orang yang kucintai,
yang sangat kusayangi, yang hingga saat ini belum bisa kupenuhi bahkan
kadang terlupakan kalau sebenarnya masih ada yang membutuhkan bantuanku.
Ya
Allah... aku memang tidak semulia pada saat Engkau ciptakan, tetapi
apakah aku masih dapat Engkau berikan kesempatan untuk terus berusaha
mendapatkan kemuliaan itu kembali dihadapanMu sampai di akhir hidupku?
Ya
Allah berilah aku kesempatan untuk memperbaiki diriku ini, berikan aku
kesempatan untuk lebih mendekatkan diriku padaMU. Ya Rabbi... berikan
aku petunjuk agar aku selalu berada pada jalanMu yang engkau ridloi.
Gerakkanlah hatiku untuk selalu berusaha merubah segala sikap, sifat dan
perbuatanku yang telah salah selama ini, kepada orang-orang terdekatku,
terutama mereka yang sangat aku kasihi, aku cintai dan aku sayangi.
Ya
Allah Ya Rahman Ya Rahim, hanya kepada Engkau hamba memohon ampun,
memohon pertolongan dan mohon kekuatan, semoga ditahun baru hijriyah
1432H ini hamba bisa jauh lebih baik dari tahun sebelumnya, bimbinglah
selalu… agar kami bisa menapaki hari demi hari berikutnya, dan dengan
ijinMu ya Allah jadikanlah hari-hari hamba ini akan terus semakin lebih
baik dan bisa menjadi yang terbaik dalam hidup hamba.
Amiiin…
Amiiin... Amiiin… Ya Robbal ‘Alamin.
Selamat Tahun Baru 1432 H.
Selengkapnya...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar